Rabu, 21 Juli 2010

Masyarakat Bogor Barat Minta Percepatan Pemekaran









Masyarakat di delapan kecamatan di wilayah Bogor Barat, Kab. Bogor meminta percepatan pemekaran daerah, karena sampai saat ini pemekaran tersebut belum juuga terealisasi. Padahal, aspirasi dan dukungan serta persyaratan pemekaran dari Kab. Bogor sudah terpenuhi.

Aspirasi percepatan pemekaran tersebut disampaikan langsung oleh kalangan masyarakat di Kec. Jasinga, Nanggung, Parung Panjang, Tenjo, Cigudeg, Leuwiliang, Leuwisadeng dan Tenjo Jaya kepada anggota DPRD Kab. Bogor yang melakukan reses pada awal Mei lalu. Hampir seluruh kecamatan mempertanyakan proses percepatan pemekaran tersebut.

Anggota DPRD Kab. Bogor Kamal Suparman, Senin (10/5) di Cibinong, Kab. Bogor mengatakan, hasil rekapitulasi reses yang dilakukan oleh sembilan anggota DPRD ke delapan kecamatan tersebut, menemukan aspirasi yang sama. "Masyarakat di delapan kecamatan mempertanyakan kenapa sampai sekarang belum terbentuk Kab. Bogor Barat, padahal aspirasi dan persyaratan untuk memenuhi pemekaran tersebut sudah dilakukan," katanya.

Dari delapan kecamatan yang menjadi tempat reses para anggota dewan, masyarakatnya menyampaikan aspirasi yang sama, yakni agar dilakukan proses percepatan pembentukan Kab. Bogor. "Kami anggota dewan juga cukup kaget, karena masyarakat satu kecamatan dengan kecamatan lain menanyakan hal yang sama soal pemekaran," jelas Kamal.

Menurut dia, proses pembentukan Kab. Bogor Barat sudah melalui proses yang cukup panjang beberapa tahun silam. Sudah ada bukti dukungan dan rekomendasi resmi dari DPRD, sampai rekomendasi dari Gubernur Jawa Barat. Namun entah kenapa, sampai sekarang proses tersebut tidak terealisasi. "Wajar kalau masyarakat di tingkat bawah mempertanyakan masalah pemekaran tersebut," kata Kamal.

Menyikapi hal itu, DPRD Kab. Bogor sendiri telah mengumpulkan tanda-tangan dari 28 anggota dewan yang menyatakan hak angket untuk membentuk panitia kerja (panja) percepatan pembentukan Kab. Bogor. Hak angket tersebut sudah disampaikan secara resmi.

Alasan pemekaran Kab. Bogor dipandang memenuhi persyaratan, karena selain Kab. Bogor luas dengan 40 kecamatan, memiliki penduduk lebih dari 4 juta jiwa. Sehingga, pemekaran merupakan solusi untuk memberikan pelayanan yang baik kepada masyarakat. (A-134/das)***


Sumber :
http://www.pikiran-rakyat.com/node/113199
11 Mei 2010

Sumber Gambar:

http://upload.wikimedia.org/wikipedia/su/5/57/Locator_kabupaten_bogor.png

http://www.disnak.jabarprov.go.id/images/menu/Peta_Brucel_Kab_Kota_Bogor_Depok.jpg

http://wisatadanbudaya.blogspot.com/2009/07/kampung-urug-masih-keturunan-prabu.html

http://www.wartakota.co.id/read/news/18630#

http://id-id.facebook.com/notes.php?id=414164479691&start=50&hash=918de550a0a6edaa1ce027734ce746c3

Umbo Pudidan Karundeng
http://www.kabarindonesia.com/foto.php?jd=Lomba+Foto+YPHL+-+Cahaya+Pagi+di+Gunung+Bunder%2C+Bogor&pil=20081013141704&fid=4528

http://www.allvoices.com/contributed-news/5093071-ujian-nasional-atau-mutu-perguruan-tinggi

Peta Bogor Barat


View Larger Map

PAD Bogor Barat Bisa Kalahkan Kabupaten Bogor

Mantan anggota DPRD Kabupaten Bogor, Aritha Sur-bhakti berpendapat Pendapatan Asli Daerah (PAD) Bogor Barat (Bobar) dapat mengalahkan PAD Kabupaten induk yakni Kabupaten Bogor, jika kelak dimekarkan.Pasalnya hampir sebagian besar potensi daerah yang selama ini mendukung penerimaan daerah Pemkab Bogor berasal dari 14 wilayah Kecamatan di wilayah Bogor Barat.

Dia mencontohkan potensi tambang galian C dan tambang golongan A yakni tambang Emas di Gunung Pong-kor Kecamatan Nanggung yang sekarang di kelola oleh PT Aneka Tambang (Antam) dan Panas Bumi yang dikelola oleh PT Chevron Geothermal."Dari penerimaan bukan pajak pengelolaan panas bumi saja yang diterima oleh pemkab tahun 2009 lalu sebesar Rp98 miliar, belum lagi royalti dari tambang emas pongkor, ditambah lagi dengan pajak galian C.Saya yakin kalau Bogor Barat Ini terbentuk menjadi daerah otonom tersendiri maka dari sektor PAD bisa mengalahkan Kabupaten Bogor sebagai pemerintahan induk," kata Aritha. kemarin.

Tapi apa yang didapatkan warga Kabupaten Bogor barat, lanjut dia, sebagian besar penduduk miskin yang saat ini tercatat di Kabupaten Bogor Barat berada di wilayah yang memiliki potensi besar ini. Bahkan yang sangat ironis, masih terdapat ribuan kepala keluarga yang belum dapat menikmati penerangan listrik.Namun sayangnya wacana pemekaran wilayah itu, kata dia seolah-olah padam begitu saja, padahal semua proses dan tahapan sudah terpenuhi.
"Dulu kami komisi A pernah mendatangi DPR RI dan Depdagri dan sambutan mereka sangat positif atas tuntutan pemekaran itu." ungkapnya.

Bahkan wacana pemekaran yang ditargetkan akan terealisasi tahun 2010 itu bisa saja padam, jika tidak ada pihak yang komitmen untuk mengawalnya, termasuk para elit politik dari wilayah Bogor Barat yang sering gembar-gembor soal pemekaran wilayah ini."Kita tidak mungkin lagi menggunakan cara-cara lama, yakni dengan mengerahkan kekuatan masa, tapi harus dengan cara-cara yang elegan." ujar Aritha.Perkembangan terakhir dari rencana pemekaran ini yakni ketika beberapa waktu yang lalu Komisi A DPRD berkonsultasi ke Depdagri.

Saat ini Depdagri menilai masih ada dua syarat yang belum terpenuhi, tetapi syarat tersebut tidak terlalu prinsip. Dan sebenarnya menjadi tugas pemerintah provinsi untuk melengkapinya."Kekurangannya Itu yakni PDRB Kabupaten/Kota dan APBD Kabupaten/Kota seja-wa Barat, yang seharusnya sudah dilampirkan saat diajukan ke Depdagri." ungkap Anggota Komisi A DPRD periode 2009-2014. Ade Ru-handi.Menurutnya seluruh syarat-syarat yang diperlukan sebagai syarat pemekaran wilayah sudah terpenuhi yakni syarat admintrasi diantaranya persetujuan bupati. DPRD. Pemerintah Provinsi dan Persetujuan DPRD Provinsi Jawa Barat. "Bahkan tahun Ini pemerintah provinsi telah menganggarkan dana melalui APBD Provinsi untuk pemekaran wilayah Bogor Barat ini." tandasnya.

Demikian Juga dengan syarat-syarat teknis yakni potensi dan jumlah penduduk dan syarat kewilayahan, dimana Bogor barat meliputi 14 kecamatan."Syaratnya menurut Peraturan Pemerintah (PP) nomor 78 ini minimal memiliki 5 kecamatan, sedangkan Bogor barat memiliki 14 kecamatan Jadi sudah sangat layak," tegasnya.Lebih lanjut dia menambahkan, dalam waktu dekat ini Komisi A DPRD akan melakukan komunikasi secara intensif dengan pihak komisi II DPR Ri untuk mendorong percepatan proses pemekaran Bogor Barat."Kami juga akan melibatkan anggota DPR RI yang berasal dari daerah pemilihan Kabupaten Bogor, untuk mengetahui sejauh mana komitmen mereka seperti yang mereka janjikan saat kampanye." tegasnya, (ugl)


Sumber :
Pelita, 11 Januari 2010, dalam :
http://bataviase.co.id/detailberita-10498946.html

Obyek Wisata Di Bogor Barat

Kabupaten Bogor memiliki pariwisata yang beragam. Banyak obyek wisata menarik yang sering dikunjungi wisatawan, baik wisata alam, agro, sejarah, religius, wisata boga, dan seni budaya. Beberapa daerah yang menjadi tujuan wisata di wilayah Bogor, khususnya Bogor Barat, di antaranya:

Kawasan Pariwisata Gunung Salak Endah (GSE)
GSE terletak di sebelah Barat Kabupaten Bogor, jarak tempuhnya kurang lebih 40 Km dari Kota Bogor. Kawasan GSE Merupakan hamparan pegunungan yang masih alami, sejuk dan udaranya segar. Tak heran apabila banyak orang menyebutnya sebagai Puncak ke-2. Di GSE ini terdapat beberapa obyek wisata yang layak dikunjungi, salah-satunya Curug Cigamea yang terletak di Kp. Rawa Lega Desa Gunung sari. Walaupun ketinggiannya air terjunnya tidak melebihi 50 meter namun lingkungan alam yang masih asli dan udaranya yang segar membuat kita ingin berlama-lama di sana. Lain halnya dengan Curug Seribu, dengan ketinggian air terjun melebihi 50 meter, Curug ini lebih terlihat indah dan amat menakjubkan.

Selain dua air terjun di atas, ada lagi Kawah Ratu. Kawah ini terletak pada ketinggian 1.338 m Dpl dengan suhu 10-200 C dan memiliki luas + 30 Ha. Kawah ini memiliki daya tarik yang unik, antara lain aktivitas geologinya. Sepanjang hari kepuncan selalu mendidih dan mengeluarkan gas alam sulfat (H2S) dengan baunya yang khas dan kadang mengeluarkan suara gemuruh. Obyek wisata lainnya adalah Curug Ngumpet, sesuai dengan namanya “Ngumpet” berarti “tersembunyi”, curug ini terlihat agak tersembunyi. Dengan panorama alam dan keasriannya, curug ini tak kalah menarik dengan curug lain yang ada di GSE.

Selain itu ada juga sumber mata Air Panas Lokapurna yang terletak di Kp. Ciparay Desa Gunung Sari. Di sana terdapat juga fasilitas kolam renang, kamar pemandian, mushola dan lain-lain. Untuk yang hobi adventure, di kawasan GSE juga terdapat Bumi Perkemahan Gunung Bunder, letaknya di lereng Gunung Salak dengan ketinggian 800 mdpl dan suhu udara antara 18 - 230 C. Pemandangan alamnya begitu indah, karena lokasinya terletak pada kawasan hutan Pinus dan Rasamala.

Kampung Wisata Tradisional Cinangneng
Kampung Wisata Tradisional Cinangneng-Ciampea, merupakan obyek wisata yang menarik, karena disini kita dapat melihat atau terjun langsung dalam sua-sana alam pedesaan, seperti membajak sawah, memandikan kerbau, menanam padi, bahkan menginap serta menikmati makanan khas pedesaan.

Wisata Religius
Selain obyek wisata alam dan prasasti, pada daerah tujuan wisata Bogor Barat terdapat pula wisata agama atau religius, salah satunya adalah Pura Parahyangan Agung Jagatkhartha, dengan arti Alam Dewata yang sangat sempurna kesuciannya. Pura ini merupakan pura tersebar di Jawa Barat, dan merupakan stana (tempat tinggal) dari Prabu Siliwangi dan seluruh leluhur di Jawa Barat. Setiap minggunya banyak di-kunjungi oleh peziarah dari Bogor maupun dari daerah lain.

Curug Luhur
Curug ini terletak di Desa Gunung Malang Kecamatan Gunung Malang. Dinamakan Curug Luhur (tinggi) karena ketinggian mencapai + 50 meter dengan lingkungan yang alami serta pemandangan yang indah, curug ini tak kalah dengan obyek wisata lainnya. Fasilitas yang ada di sekitar lokasi adalah penginapan, rumah makan, mushola dan lain-lain.

Curug Nangka
Curug ini berjarak + 15 km dari jantung Kota Bogor, berada pada ketinggian + 750 mdpl, dan letaknya berdekatan dengan wana wisata bumi perkemahan Sukamantri.

Goa Gudawang
Goa ini merupakan rangkaian Goa yang sangat unik dan menarik. Nama Gudawang berasal dari kata “Kuda Lawang” yang artinya buntut/ekor kuda yang di kepang. Pada kawasan ini terdapat 12 Goa, tapi hanya 3 yang sudah dikembangkan/dikelola dan dibuka untuk umum, yaitu: Goa Simenteng, Goa Simasigit dan Goa Sipahang.

Air Panas Ciseeng
Air Panas Ciseeng adalah sebuah Gunung Kapur di tengah persawahan yang mengeluarkan air panas dengan kadar belerang yang sangat tinggi, dimana air tersebut dapat menyembuhkan berbagai penyakit kulit. Air Panas Tirta Sanita Ciseeng terletak di Kecamatan Parung Desa Bojong Indah + 26 km dari Kota Bogor.

Batu Tulis Ciaruteun
Daerah Tujuan Wisata Bogor Barat mempunyai banyak kekayaan seni dan budaya, di antaranya merupakan peninggalan zaman prasejarah seperti Batu Tulis Ciaruteun. Terletak di tepi sungai Ciaruteun perbatasan Kecamatan Ciampea dan Kecamatan Cibungbulang. Pada lokasi Batu Tulis Ciaruteun ini pula terdapat peninggalan sejarah lainnya seperti : Prasasti Kebon Kopi I, yang terdapat telapak kaki gajah Airwata sebagai kendaraan Raja Purnawarman, lalu Prasasti Kebon Kopi II, yang letaknya berada di sungai dan terdapat tulisan bahasa sansekerta berhuruf pallawa. Peninggalan lain seperti: Batu Dakon, Prasasti Jambu, Garisul dan Kampung Adat Urug yang merupakan kekayaan Kabupaten Bogor yang tak ternilai harganya.

Seni Budaya
Seni tradisional khas Kabupaten Bogor Barat, di antaranya adalah Angklung Gubrag, seni ini merupakan perpaduan antara Pencak Silat dan seni memainkan angklung yang ukurannya lebih besar dari biasanya. Angklung ini hanya terdapat di Kabupaten Bogor. Terletak di Kampung Cipining Desa Argamulya Kecamatan Cigudeg. Selain itu di Kabupaten Bogor juga terdapat Upacara Seren Taun, yang merupakan acara tahun-an, dalam menyambut pergantian tahun baru Islam dan panen raya, terdapat di Kampung Sindang Barang Kecamatan Taman Sari.

Kerajinan Khas Bogor
Beberapa kerajinan khas hasil dari pengrajin Bogor seperti sandal, sepatu, tas, stir mobil, wayang golek, bunga kering merupakan kerajinan khas daerah Kabupaten Bogor bagian Barat. Selain obyek wisata yang diuraikan di atas, masih ada lagi obyek wisata lain yang berpotensi, namun belum dikembangkan, di antaranya Setu Kadongdong yang terletak di Desa Koleang Kecamatan Jasinga. Berjarak tempuh + 42 km dari Kota Bogor ke arah Barat. Luasnya + 10 Ha merupakan setu yang berpotensi untuk dikembangkan sebagai tempat atraksi wisata tirta. (IP/Dinas Budpar Kab. Bogor)


Sumber :
http://www.puncakview.com/Wisata_BogorBarat.htm

Cigudeg Ibukota Bogor Barat

Lembaga Pengembangan dan Pengabdian Masyarakat (LPPM) Institut Teknologi Bandung (ITB), akhirnya menentap Desa Cigudeg, Kecamatan Cigudeng sebagai ibukota Kabupaten Bogor Barat (KBB) jika kelak daerah itu merdeka dari Kabuapten Bogor.

"Dari hasil penelitian di wilayah itu baik dari segi geografis, ekonomi, sosial dan budaya yang mencakup 215 berbagai aspek ternyata Desa Cigudeg memenuhi persyaratan di antaranya soal kemiringan tanahnya yang hanya 0-6 derajat," ujar Ketua Tim Peneliti Prof. DR Djoko Sujarto usai memaparkan penelitiannya, di Pemkab Bogor.

Penetapan Cigudeg menjadi Ibukota Kabupaten Bandung Barat mengalahkan tiga kecamatan lainya, yakni Dramaga, Leuwisadeng dan Jasinga.

"Tiga wilayah tadi akan dijadikan kawasan pengembangan, dan perdagangan serta jasa, " ujar Djoko seraya menyebutkan KBB bakal lebih cepat maju mengingat potensi sumber daya alamnya yang melimpah.


PUAS

Salah satu tokoh masyarakat Bogor Barat, Abdul Ghani menyatakan puas dengan hasil penelitian yang dilakukan LPPM ITB ini. "Kami bersyukur akhirnya langkah demi langkah perjuangan kami sudah mulai menuai hasil," jelasnya.

Ia pun bersama tokoh masyarakat Bogor Barat di 14 kecamatan tidak mempermasalahkan ditetapkannya Cigudeg sebagai Ibukota KBB. "Penetapan itu atas dasar penelitian ilmiah dan professional, " jelasnya.

Asisten Pemerintahan Dandan Mulyadi mengatakan, ditetapkannya Cigudeg sebagai Ibukota KBB, akan disampaikan ke DPRD untuk ditetapkan dan disampaikan ke gubernur untuk dibahas di tingkat propinsi.


Sumber :
http://www.matabumi.com/news/cigudeg-ibukota-bogor-barat
24 Februari 2008

Kampung Adat Urug Sukajaya



Kampun Adat Urug berloksi di Kampung Urug Desa Kiara Pandak Kecamatan Sukajaya. Jarak tempuh dari Cibinong sekitar 42 km, arahnya menuju Wilayah Barat pada pertigaan

Kecamatan Cigudeg. Arah Barat Daya menuju Kecamatan Sukajaya ±15 km dan dari Kecamatan ini ditempuh lagi jarak ±9 km untuk menuju lokasi tersebut.
Kampung Urug merupakan sisa peradaban masa silam yang sampai saat ini nilai – nilai ketradisiannya masih dipertahankan.

Tali tradisi budaya lama yang masih dipegang kokoh oleh masyarakat itu adalah :

1. Pola Pemukiman :

a. Seni Bangunan :
Merupakan perumahan yang mencirikan rumah adat dengan persamaan bahan yang dipakai serta bentuk rumah yang mempunyai kolong serta lumbung padi yang bernama leuit.


b. Arsitektur bangunan :
Bentuk rumah yang bercirikan pada tradisi kesundaan ( julang ngapak dan jago anjing ).


2. Kekerabatan :
Yang menempati tempat tinggal di Kampung Urug, satu sama lain adalah masih saudara, di kampung ini dikenal dengan sebutan Tatali Kahuripan.


3. Kepemimpinan :
Disana dibangun sebuah rumah besar/ Gedung Ageung yang merupakan sentral/pusat kewenangan kepemimpinan adat, disamping itu terdapat pula Gedong Alit dan Gedong Pangkaleran. Kepemimpinan adat dipegang oleh Ki Kolot Ukat, yang merupakan keturunan ke 9 dari turunan terdahulunya. Ada 3 kepemimpinan yang mengendalikan keberadaan kampung adat ini antara lain :

a. Kikolot Ukat atau disebut juga Kokolot Leubak, mempunyai tugas mengendalikan dan mempertahankan adat istiadat yang sudah turun temurun antar lain : Acara seren taun, ruwatan, hari – hari besar kaum muslimin dan memimpin kegiatan yang dianggap sakral.

b. Kikolot Amat atau disebut juga Kokolot Tengah, bertugas mengatur masyarakat, pengerahan masa dan memberikan petunjuk bagi kesepakatan adat yang sedang dijalankan.

c. Kikolot Tengah bernama Rajaya disamping menjalankan petunjuk untuk penanaman padi secara turun temurun dalam kesempatan ini beliau juga mempertahankan adat istiadat urug, selalu berperan sebagai “ pencerita “. Sejarah Kampung Urug, silsilah, riwayat yang berhubungan dengan nilai – nilai tradisional Kampung Urug serta cerita yang mengaitkan raja – raja Pajajaran dengan Kampung Urug.


4. Riwayat Kampung Urug :
Urug bukan terucap nama dengan begitu saja, dibalik kata itu tersembunyi kata “ GURU “ ; menurut pikukuh adat kepercayaan Kampung Urug, sudah berdiri sejak 450 tahun yang lalu, adanya sebuah mandala urug dengan masyarakatnya yang berpegang teguh kepada adat istiadat akan memegang suatu keteladanan kesundaan. Menurut cerita Kampung Urug sejaman dengan masa pemerintahan Prabu Nilakendra ( 1551 – 1569 M ) beliau seorang raja alim dan bijaksana dan banyak mengabdi pada hal – hal kegaiban, konon sisa – sisa pengabdiannya diantaranya patilasan raja masih ada di Kampung Urug, umumnya patilasan disebut Kabuyutan atau mandala yaitu suatu tempat yang jauh dari keramaian yang dijadikan tempat berkhalwat atau memuja sang maha pencipta adalah mungkin hal ihwal mula adanya mandala urug dimulai dari Gedong Ageung.
Menurut data yang ada Kampung Adat Urug mempunyai tingkat kunjungan wisata rata – rata 80 – 100 orang setiap bulan dan jika pada hari – hri besar bisa mencapai 600 – 800 orang per hari.


Sumber :
http://www.wisatakabupatenbogor.com/index.php?option=com_content&task=view&id=27&Itemid=25

Bogor Barat Diperkirakan Memiliki Deposit Emas Enam Juta Ton

Keinginan warga di 14 Kecamatan di wilayah Kabupaten Bogor bagian Barat untuk membentuk daerah otonom cukup realistis. Pasalnya dari berbagai kajian yang dilakukan Tim Independent terhadap potensi alam Bogor Barat ditemukan beragam potensi alam yang belum dikelola secara maksimal, bahkan mungkin ada yang belum tersentuh.

Salah satu potensi tersebut diantaranya adalah sektor pertambangan yakni tentang adanya cadangan biji emas sekitar 6 juta ton, batubara dan galena Logam. Daerah yang terindikasi di Gunung Gede dan Gunung Limbung Jasinga , Ciberang Desa Cisarua, sungai Cibarengkok, Sungai Cibuluh Kecamatan Cigudeg. Selain itu juga batu belah (andesit, Basalt dan desit) sirtu, Batu gamping, tras , lempung , bentonit,ziolit fosfat, pasir gunung dan pasir kuarsa, Kata Sekretaris Tim Teknis Pembentukan Daerah Otonom Baru Kabupaten Bogor Barat, Yudi Santosa kepada Pelita baru-baru ini.

Dikatakan Yudi selain sector pertambangan potensi alam yang dimiliki Bogor Barat yakni potesni wisata, diantaranya Gunung Salak Endah (GSE) di Kecamatan Pamijahan, Taman Nasional Gunung Halimun di Kecamatan Nanggung dan Sukajaya , Goa Gundawang di Kecamatan Cigudeg. Potensi paska tambang gunung pongkor di Kecamatan Nanggung , potensi arum jeram disungai Cikaniki, sungai Cianten dan Potensi wisata Budaya berupa situs kebon Kopi situs Jambu , situs Ciaruteun dan Kampung adat urug di Kecamatan Sukajaya.

Sedangkan potensi unggulan lainya di Bogor Barat lanjut Yudi yakni pertanian yang terdiri dari lahan basah sawah 29,054 hektar, tersebar di kecamatan Rumpin , Leuwiliang , Leuwisadeng , Cibungbulang dan Tenjolaya. Lahan kering 12.011 hektar yang tersebar Leuwikiang, Pamijahan Cibungbulang, Ciampea , Tenjo dan Parungpanjang. Perkebunan 4.768 hektar, tersebar di Kecamatan Rumpin , Cigudeg , Nangguung, Leuwiliang dan Sukajaya. Hutan Lindung seluas 29.796 hektar, hutan produksi seluas 11.583 hektar. Peternakan besar di Kecamatan Leuwiliang , Ciampea , Ciubungbulang dan Cigudeg. Sumber air Das Cisadane, Cimanceuri dan Sub das ciujung, dan situ sebanyak 45 buah tersebar di 7 Kecamatan .

Untuk Pengembangkan pada level ekonomi mikro kami akan mendorong konsep one village one product (satu sentra produksi satu kompetensi inti) . mendorong konsep pengembangan desa mengepung kota untuk membetuk system-sistem pemasaran yang efektif. Mendorong keterkaitan pengembangan local ekonomi setiap sentra produksi dengan ekonomi pasar. Peningkatan aksesibilitas dan jaringan interaksi antar sentra produksi dalam satu cluster, ungkapnya.

Dijelaskannya realisasi PAD Kabupaten Bogor Barat pada tahun 2007 lalu yakni sebesar Rp 75 miliar yang terdiri dari pajak daerah sebesar Rp 20,1 miliar, Retribusi 4,6 miliar, perimbangan Rp 51,4 miliar, perimbangan propinsi Rp 3,7 miliar. Total APBD berdasarkan kajian untuk tahun 2008 Rp375 miliar. Tapi kemungkinan bisa terus bertambah karena, masih banyak potensi yang belum dioptimalkan dan yang belum tergali, kata Yudi.

Dibagian lain Yudi mengatakan untuk calon Ibukota Bogor Barat Tim Pokja telah berkoordinasi dengan pihak perkebunan PTP VIII Cikasungka untuk penyediaan lahannya seluas 50 hektar, sementara pemkab memiliki HPL seluas 100 hektar di Kecamatan Jasinga. Sedangkan untuk pasarana pendidikan SD 820 negeri dan Swasta , SMP 152 negeri swasta, SMA dan sederajad 77 sekolah. Untuk infrastruktur jalan ruas jalan 152 ruas dengan panjang 64.818 KM , jumlah terminal 2 buah, pasar 35 buah. Fasilitas kesehatan 362 buah.

Sementara itu ketua Tim Teknis Pembentukan Daerah Otonom Baru kabupaten Bogor Barat , Drs Dandan Mulyadi, Msi yang juga Asisten I Bidang Pemerintah Kabupaten Bogor, mengatakan tuntutan pemekaran itu juga harus dibarengi rasa optimisme bahwa dengan pemekaran tersebut akan dapat memberikan dampak positif kepada masyarakat.
Warga Bogor barat juga optimis bahwa pemekaran itu merupakan cara untuk dapat memperoleh tingkat kesejahteraan hidup yang lebih baik. Jadi jangan setengah-setengah, tegasnya. Ia menambahkan , berdasarkan pengalaman pemekaran Kota Depok yang sebelumnya masih tergabung dengan Kabupaten Bogor ia optimis jika pemekaran wilayah Bogor Barat nantinya akan berhasil. Karena Kota Depok hanya membutuhkan waktu selama tiga tahun untuk berkembang setelah pemekaran wilayah.(ck-58).


Sumber :
Pelita,20 Junio 2010 dalam :
http://webcache.googleusercontent.com/search?q=cache:J1RkSjulh8EJ:www.hupelita.com/baca.php%3Fid%3D54694+sukajaya+bogor&cd=83&hl=id&ct=clnk&gl=id

Perkebunan Teh Cianten, Pamijahan


Lokasi : Desa Purasari Kec. Leuwiliang, Desa Purwabakti Kec. Pamijahan

Pengunjung dari arah Jakarta dapat mencapai perkebunan ini melalui jalan tol Jagorawi, keluar di pintu tol Bogor (Barangsiang), terus mengambil jalan ke arah Kampus IPB Dramaga, dan diteruskan dengan menuju ke Leuwiliang. Perkebunan teh ini berjarak sekitar 25 km dari Kec. Leuwiliang.

Perkebunan teh PTPN VIII Cianten memiliki luas lahan 857,7 ha pada ketinggian 800 – 1.000 mdpl. Kondisi iklim relatif sejuk dengan suhu berada di kisaran 190C – 300C, kelembaban antara 38 – 80%, curah hujan rata-rata 5,238 mm.

Perkebunan teh Cianten ini relatif jauh dari perkampungan penduduk, jarak terdekat dengan perkampungan penduduk + 7 km yaitu dengan Kp. Tanjungsari.

Di tahun 2010 ini, Perkebunan teh Cianten akan segera membentuk Divisi Agrowisata sebagai upaya mengelola potensi dan kekayaan wisata di tempat tersebut.

Potensi wisata yang ditawarkan oleh Perkebunan teh Cianten adalah keindahan alam dan kesejukan udara, air panas, curug (air terjun), track sepeda gunung dan tea walk. Di daerah tersebut juga terdapat sebuah perusahaan yang bergerak di bidang sayuran dan perkebunan yaitu PT. Megapolitas Karacak.

Aksesibilitas menuju perkebunan teh Cianten ini relatif baik. Kondisi jalan sepanjang + 12 km dari Kec. Leuwiliang sampai Desa Purasari dalam keadaan baik dengan lebar jalan + 4 m. Sedangkan sisanya + 13 km dari Desa Purasari sampai dengan lokasi perkebunan dalam keadaan rusak namun masih dapat dilewati kendaran bermotor.

Apabila Anda memerlukan alternatif perjalanan wisata yang segar dan menantang, Anda dapat menjadikan perkebunan teh Cianten ini sebagai pilihan wisata keluarga. Rasakan pengalaman adventure dan pesona keindahan kebun teh dalam suasana pedesaan yang alami.

Selamat berlibur .......


Sumber :
http://www.wisatakabupatenbogor.com/index.php?option=com_content&task=view&id=518&Itemid=1

Sumber Gambar:
http://meongcongkok.wordpress.com/2008/10/06/wisata-agro-perkebunan-teh-cianten/

Asal - Usul Nama Jasinga

Beberapa cerita rakyat tentang lahirnya beberapa nama-nama desa atau daerah Bogor memang ada, seperti Rancamaya, Bantarjati, Ciaruteun, Cikeas, Kedunghalang, dan sebagainya. Untuk wilayah Bogor bagian barat terdapat nama-nama daerah yang cukup tua seperti Ciaruteun, Argapura (Rengganis) dan Jasinga.

Pada masa lalu, Jasinga meliputi batas-batas Sajira di sebelah Barat, Tangerang di sebelah Utara, Bayah di sebelah Selatan dan Cikaniki di sebelah Timur. Berlalunya waktu, Jasinga kini meliputi daerah Cigudeg, Tenjo, Nanggung, Parungpanjang dan Jasinga sebagai titik pusatnya.

Oleh orang-orang tua dulu Jasinga disebut juga Bogor-Banten, bahkan juru pantun terkenal Sunda yaitu Aki Buyut Baju Rambeng berasal dari daerah Bogor-Banten atau yang tinggal di daerah Pegunungan Tonggoheun Jasinga. Disebut Bogor-Banten karena posisiya berbatasan langsung dengan wilayah Banten. Tidak hanya batas wilayah tetapi ditinjau dari budaya, perilaku serta dialek bahasa mirip sekali dengan masyarakat Banten yang sebagian tidak terpengaruh dengan budaya Priangan. Kini Jasinga termasuk wilayah administrasi Kabupaten Bogor.

Mengenai asal usul nama Jasinga sendiri hingga kini masih terdapat berbagai versi. Kebanyakan versi yang melekat dan diyakini masyarakat yaitu cerita yang didapat dari penuturan turun temurun dari mulut ke mulut para sesepuh setempat. Hanya orang-orang tertentu saja yang merujuk kepada sumber autentik dan masih dijadikan bahan kajian bagi masyarakat Jasinga untuk menambah versi.

Ada beberapa versi mengenai asal usul nama Jasinga antara lain :
1. Mitos seekor Singa yang melegenda, jelmaan dari tokoh-tokoh Jasinga.
2. Pembukaan lahan yang dilakukan oleh Wirasinga, hingga nama lahan tersebut dijadikan nama Jasinga atas jasa Wirasinga.
3. Jayasingharwarman (358-382 M) Raja Tarumanagara I yang mendirikan Ibukota dengan nama Jayasinghapura.
4. Dua dari tujuh ajaran Sanghyang Sunda yaitu Gajah lumejang dan Singa bapang yang digabungkan menjadi Jasinga.

Pendapat pertama, bahwa nama Jasinga dikaitkan dengan riwayat atau cerita yang dituturkan oleh para sesepuh Jasinga seperti Wirasinga, Sanghyang Mandiri dan Pangeran Arya Purbaya dari Banten. Dalam setiap hidupnya serta perjuangannya mempunyai wibawa seperti seekor singa. Bahkan sempat berwujud menjadi seekor Singa. Perwujudan Singa tersebut membuat orang disekitar yang melihatnya menjadi terkejut dan kagum, dan setiap orang yang melihat akan mengucapkan : “Eeh.. Ja.. Singa eta mah”. Kata “Ja” menjadi kata identitas tersendiri di Jasinga yang berguna untuk memperjelas kalimat berikutnya, seperti ”Da” di daerah Priangan.

Pendapat kedua meyakini bahwa Wirasinga keturunan Sanghyang Mandiri (Sunan Kanduruan Luwih) membuka lahan di Pakuan bagian barat (Ngababakan lembur anyar). Nama daerah tersebut dinamakan Jasinga oleh Sanghyang Mandiri serta menobatkan Wirasinga sebagai penguasa baru Jasinga atau sebagai Jaya Singa sebuah daerah yang makmur yang dipimpin oleh Wirasinga, seperti Jakarta yang berasal dari daerah yang bernama Jaya Karta dengan salah satu pemimpinnya yaitu Pangeran Jaya Wikarta.

Pendapat ketiga cukup menarik karena mengacu pada sejarah autentik bahwa Jasinga berasal dari kata Jayasingha. Diceritakan bahwa seorang Reshi Salakayana dari Samudragupta (India) dikejar-kejar oleh Candragupta dari Kerajaan Magada (India), hingga akhirnya mengungsi ke Jawa bagian barat. Ketika itu, Jawa bagian barat masih dalam kekuasaan Dewawarman VIII (340-362 M) sebagai raja dari kerajaan Salakanagara. Jayasingharwarman menikah dengan Putri Dewawarman VIII yaitu Dewi Iswari Tunggal Pertiwi, dan mendirikan ibukotanya Jayasinghapura. Jayasinghawarman (358-382 M) bergelar Rajadiraja Gurudharmapurusa wafat di tepi kali Gomati (Bekasi) Ibukota Jayasinghapura dipindahkan oleh Purnawarman Raja Taruma III (395-434 M) ke arah pesisir dengan nama Sundapura.

Satu tambahan sebagai pendapat keempat bahwa Jasinga berasal dari kata Gajah Lumejang Singa Bapang. Dua dari tujuh ajaran Sanghyang Sunda sekaligus menetapkannya sebagai suatu tempat komunitas Sunda. Tujuh ajaran tersebut yaitu : Pangawinan (Pedalaman Banten), Parahyang (Lebak Parahyang), Bongbang (Sajira), Gajah Lumejang (Parung Kujang-Gn. Kancana), Singa Bapang (Jasinga), Sungsang Girang (Bayah), Sungsang Hilir (Jampang-Pelabuhan Ratu).

Tujuh ajaran tersebut mempengaruhi Purnawarman sebagai Raja Taruma III (395-434 M), sehingga ia mendirikan ibukota dengan nama Sundapura. Keruntuhan Taruma terjadi pada masa Linggawarman (669-732 M) sebagai Raja Taruma XII karena begitu kuatnya pengaruh Sunda. Putri Linggawarman yaitu Dewi Manasih (Minawati) dinikahkan dengan Tarusbawa putra Rakyan Sunda Sembawa. Tarusbawa menjadi Raja Sunda (669-732 M) dan Taruma pun runtuh. Pengaruh Hindu pun akhirnya melemah dan menjadi ajaran leluhur ajaran Sanghyang Sunda.

Dua titik wilayah yang merupakan Sanghyang Sunda yaitu Gajah Lumejang-Singa Bapang dijadikan tempat laskar bagi Kerajaan Sunda. Dan kedua nama tersebut disatukan menjadi Gajah Lumejang Singa Bapang kemudian menjadi nama Jasinga (Ja=Gajah Lumejang, Singa=Singa Bapang). Perpaduan dua Filosofi Gajah dan Singa.

Tujuh ajaran Sanghyang Sunda tersebut tercantum dalam Kitab Aboga yang diperkirakan dibuat pada masa kejayaan Kerajaan Pajajaran seperti dituturkan oleh narasumber bahwa kitab tersebut di bawa ke Leiden pada akhir abad 19.

Dengan memaknai baik secara kosakata (etimologi) maupun perlambangan (Hermeneutika), Jasinga mempunyai makna yang berarti. Dengan nama Jasinga lahirlah sebuah cerita rakyat melegenda hingga kini bagi masyarakat Jasinga. Di samping itu, adanya sosok Singa sebagai mitos merupakan wujud kewibawaan para penghulu Jasinga.
Nama Jasinga ditinjau secara autentik yaitu menunjuk pada naskah-naskah kuno atau kajian sejarah Sunda terdapat Jayasinghapura yang berarti gerbang kemenangan yang didirikan oleh Raja Taruma I (Jayasinghawarman).

Dalam naskah sejarah yang ditulis dan dirangkum oleh Panitia Wangsakerta Panembahan Cirebon, nama Jasinga terdapat dalam sejarah Lontar sebagai tempat rujukan untuk melengkapi Kitab Negara Kretabhumi yang disusun untuk pedoman bagi raja-raja nusantara. Kitab itu disusun selama 21 tahun (1677-1698 M) pada masa-masa genting yaitu beralihnya raja-raja di Nusantara ke dalam penjajahan Belanda. Lontar itu berjudul ”Akuwu Desa Jasinga”. Perlu dikaji bila naskah itu masih ada.

Dari mitos seekor Singa, diyakini bahwa sampai saat ini masi ada beberapa ekor Singa yang menjaga wilayah Jasinga walaupun dalam bentuk gaib. Padahal di Jawa Barat tidak ditemukan habitat singa walaupun di Indonesia sekalipun. Jika dikaitkan dengan datangnya raja-raja pendahulu dari India, maka perlambang Singa berasal dari India pula, bisa saja wujud nyata seekor Singa pernah dibawa oleh pembesar yang datang dari India.

Jasinga tidak layaknya seperti legenda-legenda di Jawa Barat lainnya yang begitu percaya adanya Harimau Pajajaran serta dijadikan lambang atau filosofi tertentu. Masyarakat Jasinga meyakini adanya seekor Singa, hingga pusat kecamatan dilambangkan sebuah Tugu Singa.

Nama singa juga terdapat pada sebuah tanaman yang bernama Singadepa yang tumbuh di hutan-hutan. Daun Singadepa berguna untuk memandikan bayi yang baru lahir, pengharum badan, serta sebagai pencuci darah. Tumbuhan Singadepa mempunyai tinggi + 30 cm, hidup di daerah yang lembab dan tertutup oleh pohon-pohon yang lebih tinggi. Di Jasinga tanaman Singadepa sangat sedikit dan ada di hutan-hutan tertentu, kecuali di hutan pedalaman Baduy hingga ke Lebaksibedug (Citorek) di dekat Gunung Bapang.

Itulah beberapa pendapat mengenai asal usul nama Jasinga yang masih perlu diteliti lebih lanjut keberadaannya, dan diperlukan penelitian Sejarawan. Kitapun masih bertanya-tanya benarkah hewan-hewan Singa itu ada di Jawa Barat bahkan di Indonesia sekalipun.

Terlepas dari itu, orang sependapat bahwa Singa adalah suatu perlambang (hermeneutika) kewibawaan, kejujuran, ketegasan, kemenangan walaupun hanya diceritakan dalam mitos dan legenda. Wallahu’alam.....

Sumber :
1. Sejarah Bogor 1, Saleh Danasasmita, 1983.
Pemerintah Kota Madya DT. II Bogor.
2. Drs. Moh. Amir Sutaarga, Prabu Siliwangi atau Prabu Purana Guru Dewata
Prana Sir Baduga Maharaja Ratu Hadji di Pakuan Padjadjaran. 1473-1513 M.
Bandung. PT. Duta Rakjat, 1965.
3. Prof. Dr. Ayat Rohaedi, SUNDAKALA Cuplikan sejarah Sunda Berdasarkan Naskah-Naskah Panitia Wangsakerta. Cirebon.
Jakarta, Pustaka Jaya, 2005.
4. Atca & Negara Krethabumi 1.5
Ayat Rohaedi Karya Kelompok kerja di bawah tanggung jawab Pangeran Wangsakerta (Bagian Proyek Penelitian dan Pengkajian Kebudayaan Sunda (Sundanologi) Direktorat Jendral Kebudayaan Departemen Pendidikan dan Kebudayaan), Bandung, 1986.
5. Drs. Yosep Iskandar, SAWALI.
Komunitas Urang Sunda Internet (KUSNET)
6. Para Sesepuh Jasinga.
7. Kang Yasid dan kang Subani, Warga Cibeo-Kanekes.
8. T. A. Subrata Wiriamiharja, SH. (TASWIR), Muara Seni Bogor Selatan.

Disusun oleh :
Kalakay Jasinga, 2007
(kalakayjasinga.blogspot.com)

Sumber :
http://www.matabumi.com/cerita/asal-usul-nama-jasinga
7 April 2009

Keindahan Curug Luhur Tenjolaya - Bogor


Bogor adalah tempat yang penuh dengan keindahan, Wisata alam yang menjadi salah satu kegemaran pengunjung dari jakarta salah satunya terletak di wilayah Bogor Barat. Setiap "Weekend" ataupun Libur panjang, traffic kearah tersebut semakin padat.

Curug luhur terletak di lalulintas jalan raya Bogor - Gunung salak Endah. Letak yang relatif mudah dijangkau inilah yang menjadikan ramainya curug luhur dikunjungi setiap saat.

Terletak di wilayah kecamatan Tenjolaya Bogor, Curug Luhur menyimpan potensi wisata yang lumayan tinggi. dengan pemandangan indah di setiap sudut, memiliki Air terjun sepanjang >50Meter, dan area yang relatif dekat dengan jalan raya.

Rekreasi ke curug Luhur saat ini masih di dominasi oleh pasangan - pasangan muda yang sedang berkasih. MAsih banyak yang sedang dibenahi, terutama fasilitas dan keleluasaan tempat, yang sepertinya masih belum begitu serius untuk ditangani.

Perjalanan ke Curug luhur, bisa melalui beberapa alternatif jalan, salah satunya dapat melalui jalan raya Bogor kearah leuwiliang, belok di pertigaan Cikampak, dan menelusuri jalan menuju tenjolaya (Belok kiri terus), maka akan sampai di Curug Luhur.

Dengan Bermodalkan Karcis sekitar 10 ribu perorang, tentunya fasilitas dan kenyamanan berekreasi menjadi tuntutan selanjutnya.


Sumber :
http://www.bogor.net/index.php?option=com_content&view=article&id=89:wisata-alam-di-kota-bogor&catid=57:tempat-rekreasi-alami&Itemid=34
28 Oktober 2008

Ciampea, Objek Wisata Lingkungan yang Potensial



Jika bertualang masih menjadi salah satu idaman, namun tuntutan kerja lebih mendesak Ciampea, Bogor bisa jadi pilihan bagi para petualang yang berdomisili di Jabotabek maupun kota-kota lain yang berdekatan. Jarak yang tidak terlalu jauh itu memudahkan kaum urban untuk dapat mengunjungi kawasan ini pada akhir pekan. Ada tiga buah area potensial wisata petualangan yang ada di daerah tersebut. Ada pilihan Sungai Cisadane untuk para pengarung jeram, Gua Gajah untuk para penelusur gua dan tebing Ciampea untuk para peminat panjat tebing.

Guna melayangkan kaki menuju daerah ini patokan pertama adalah kota Bogor. Dari kota Bogor kita bisa langsung menuju ke Ciampea dengan menaiki angkot dari terminal Merdeka. Dengan biaya hanya 1.000 rupiah kita akan langsung diantarkan menuju pasar Ciampea dalam 30 menit perjalanan dari kota Bogor. Agar lebih mudah maka peminat dapat menghubungi para pecinta alam di Jakarta untuk menjadi pemandu. Kawasan berpotensi wisata ini sebetulnya arena mereka berlatih.

Di Ciampea banyak potensi wisata petualangan yang terpendam. Ternyata ragam wisata yang dimaksud sampai sekarang belum dikelola secara serius oleh pemerintah setempat. Tetapi kekurangan ini malah merupakan daya tarik tersendiri buat para kaum petualang.


Naga di Cisadane

Sungai yang berhulu di Gunung Gede ini terentang dengan gradien penurunan rata-rata yang tidak terlalu curam membuat sungai ini sangat layak untuk diarungi. Bulan yang baik untuk mengarungi sungai ini adalah antara November sampai dengan April, karena selain bulan-bulan tersebut debit air yang ada cenderung sangat kecil sehingga membuat pengarungan tidak menarik.

Untuk memasuki sungai ini bisa melalui jembatan Cisadane yang terletak tak jauh dari pasar Ciampea. Di pinggir jalan sebelah kanan ada bangunan tua bekas pabrik pembuatan roti yang pelatarannya bisa digunakan sebagai tempat untuk memompa perahu karet dan mengganti baju. Titipkan saja baju dan perlengkapan yang lain pada pemilik warung di depan bangunan tua tersebut dan kini kita pun siap untuk mengarungi sungai ini.

Lama pengarungan sungai ini berkisar antara satu sampai dua jam. Tetapi itu tergantung pada tempat finish yang kita kehendaki. Bisa berhenti di daerah bernama ‘Pasir’ karena ada bekas ”pabrik” pasir di situ yang dibuat menjadi patokan. Jalur ini berkisar sampai satu jam lamanya. Atau kita memutuskan berhenti di sebuah tempat bernama ‘Negeri di awan’ karena pemandangannya yang indah pada sore hari. Jalur ini bisa di tempuh sampai dua jam lamanya.

Di titik start ini banyak terdapat pengangkut batu yang bekerja mengambil batu dan pasir dari dasar sungai. Tapi kelihatannya mereka sudah terbiasa dengan kedatangan perahu–perahu karet para pengarung sungai, sehingga kita tidak perlu merasa asing di sini. Sungai akan membelok ke sebelah kiri setelah jembatan dan silakan menikmati jeram pertama yang ada persis sebelum kelokan tersebut. Jeram-jeram yang ada di sungai tersebut hingga ke pertemuan Sungai Cianten rata-rata berkelas II dan II+.
Sampai di pertemuan sungai dengan Cianten kita bisa beristirahat. Di situ terdapat flat cukup panjang yang cukup untuk kita berenang-renang dan bermain. Kita juga bisa melihat salah satu sisa peninggalan Raja Mulawarman, yaitu batu tertulis yang tak terbawa oleh dinas museum setempat. Daerah tersebut sangat sejuk karena tertutup oleh rindangnya pepohonan di kiri dan kanan sungai, ditambah suara kemerisik daun bambu membuat irama alam yang ada di sana terasa nyaman.

Setelah pertemuan sungai, badan sungai terlihat lebih melebar sampai 25 meter. Arus juga mulai bertambah cepat membuat adrenalin tambah berlompat. Kira-kira 100 meter setelah pertemuan sungai terdapat jeram yang patut diwaspadai. Jeram ‘Naga’ namanya, berkelas III. Dinamakan ‘Naga’ mungkin karena arus yang tak beraturan di permukaannya, tanpa lidah air yang jelas yang kemungkinan disebabkan letak batuan yang acak di bawah permukaan air.

Patokan yang paling jelas hanya batu menonjol di tengah jeram. Ambil arus yang ke sebelah kanan batu tersebut, karena persis di depan batu tersebut terdapat stopper besar yang siap mengangkat ujung depan perahu. Langsung ambil arah arus yang ke kanan karena di sebelah kiri arus terlihat keras menabrak dinding tebing yang bisa mengakibatkan perahu wrapped.

Selesai melewati jeram ‘Naga’ kita akan dihadang kembali oleh jeram ‘Simanis’ yang berada 200 meter setelahnya. Kita harus potong arus menuju kiri sungai sebelum masuk ke bagian tengah sungai pada bagian pertengahan jeram. Ada sekitar tiga standing waves setinggi satu setengah meter di sini. Jeram ditutup dengan arus menabrak batu yang membuat arus berputar liar di bawah sungai. Usahakan jangan jatuh di sini karena menurut cerita penduduk setempat arus putar yang terdapat di situ mempunyai lubang pada dinding tebing yang bisa membawa kita ke kematian bila kita memasukinya. Tak berapa jauh dari jeram ‘Simanis’ ini terletak finish daerah Pasir.


Gajah di Bukit Ciampea

Penelusuran gua dilakukan di daerah perbukitan kapur Ciampea. Daerah ini juga merupakan pusat latihan TNI AD sehingga jangan kaget bila di samping terdengar bunyi dentum ledakan untuk memecah kapur, juga akan terdengar ledakan meriam untuk latihan para tentara tersebut.

Transportasi menuju ke sana juga tidaklah terlalu sulit. Bila kita naik angkot dari Bogor turunlah di pos polisi sebelum pasar Ciampea. Dari pos polisi kita bisa berjalan menuju puncak bukit yang terlihat menjulang dari pinggir jalan.
Lama perjalanan menuju puncak bukit tempat entrance gua berkisar antara dua sampai tiga jam. Usahakan berjalan pada pagi hari, karena panas matahari di daerah tersebut sangatlah menyengat.

Banyak terdapat satwa monyet di sini sedangkan floranya mulai banyak terdapat kawanan perdu yang akan menyerang ganas bagian tubuh kita yang tak tertutupi. Teruslah berjalan menanjak sampai setengah jam, dan kita akan melihat dinding tebing setinggi tiga meter. Dengan gaya pemanjatan yang tidak terlalu sulit, kita akan sampai di puncak dinding tersebut. Dan di situlah terletak pintu masuk ke gua Gajah.
Disebut gua Gajah, karena konon pada waktu dahulu kala tak jauh dari gua tersebut ditemukan prasasti bertulis peninggalan dari Raja Mulawarman, dan pada prasasti tersebut tergambar kaki seekor gajah.

Mulut gua Gajah tidaklah terlalu lebar. Kedalamannya berkisar 45 meter. Di dasar gua yang berbentuk chamber akan terlihat ruangan seluas gedung bioskop dan banyak terdapat ornamen di dinding-dinding gua di bagian dalamnya.

Gua yang termasuk berumur tua itu menyimpan banyak ornamen indah, seperti stalagmit, stalagtit, collumn (stalagmite dan stalagtite yang telah bersatu), gordijn (endapan kalsit di dinding gua), rhimestone pool (endapan kalsit yang berbentuk tangga) dan banyak lagi yang lain.

Tetapi karena proses pengendapan kalsit yang biasa terjadi di tiap gua sudah tidak terjadi lagi di sini, maka gua ini bisa dibilang gua mati. Ruangan rata-rata di dalam gua ini besar dengan tinggi atap berkisar sampai 20 – 45 meter dan lebar kiri dan kanan sampai 5-8 meter.


Tokek di Tebing Ciampea

Tak jauh dari gua Gajah ternyata ada juga jajaran tebing yang selalu menjadi sasaran tempat latihan para pemanjat tebing dari Ibu Kota. Bila ke gua dari pos polisi Ciampea kita berjalan, untuk menuju tebing kita bisa mengendarai ojek, atau kalau mau berhemat, kita bisa naik angkot pasar yang membawa penduduk sekitar untuk menuju pasar membawa hasil kebunnya pada pagi hari.

Tinggi tebing berkisar antara 10 – 15 meter. Ada banyak jalur pemanjatan terdapat di sini, dari mulai yang berada di sebelah kiri tebing dengan jalur ‘SS’ yang menurut para pemanjat tersebut adalah jalur yang paling mudah untuk dilalui. Di sebelah jalur ‘SS’ ada jalur ‘Kambing’ yang akan cukup menguras tenaga kita.

Kemudian berturut-turut ada jalur ‘Intifadhah’, ‘Bicycle’, dan ‘Tokek’, jalur yang akan mengagetkan kita karena melihat binatang tersebut ada di celah batuan jalur. Serta yang paling ganas adalah jalur ‘One moment in time’ yang khusus dipanjat satu kali bila kita masih punya banyak energi sesampai di sana.

Khusus sebagai catatan tambahan ada dua jalur bernama ‘Taliban’ dan ‘Strawbery’ yang baru dibuat tahun 2001. Ada juga daerah khusus untuk latihan rapelling di sebelah kiri jalur ‘SS’ yang biasa dipakai para pemanjat pemula untuk berlatih. Secara keseluruhan grade (tingkat) jalur pemanjatan yang ada di tebing Ciampea berkisar antara 5.10 – 5.11.

Dari sekian potensi yang ada tersebut, belum ada satu pun yang secara serius digarap oleh pemerintah setempat. Tapi ternyata hal tersebut tidaklah membuat para petualang menjadi terhenti.

Ketidakseriusan penggarapan di satu sisi dan tingginya minat petualangan di sisi lain sering membuat kita melupakan hal ikhwal konservasi lingkungan sekitar. Dengan tetap berpegang pada prinsip ‘Take nothing but picture, Leave nothing but footprint and Waste nothing but time’ saya rasa keseimbangan lingkungan di sekitar daerah wisata tersebut akan tetap terjaga. Sebab apa lagi yang dicari dalam kehidupan ini selain keseimbangan. (Sulung Prasetyo S)


Sumber :
http://www.sinarharapan.co.id/feature/wisata/2002/074/wis01.html

Gunung Ciampea Kini Jadi Gunung Jati

Gunung Ciampea yang menjulang tinggi tampak terkupas memperlihatkan onggokan batu keras yang semakin menguatkan kesan gersang. Tapi tak lama lagi, seluruh lereng gunung bakal berubah menjadi gunung yang hijau dan pastinya bakal rindang.




Gunung Ciampea, Bogor, adalah kawah ‘candra dimuka’ alias tempat latihan prajurit Batalyon 23, Kopassus. Gersang memang menjadi ciri khas kawasan seluas 139 hektare itu sebelumnya.

Kerindangan mulai datang setelah sejak tahun 2007 di lokasi itu dikembangkan penanaman Jati Unggul Nusantara (JUN), jati hasil sentuhan teknologi Koperasi Perumahan Wanabhakti Nusantara yang merupakan koperasi binaan Kementerian Kehutanan. Bersama dengan Kopassus, Usaha Bagi Hasil KPWN mengembangkan usaha tani jati unggul dengan melibatkan masyarakat setempat.

Tekad untuk menghijaukan kawasan tersebut Selasa (4/5) pekan lalu, dipertebal saat semua pihak yang terlibat dalam pengembangan usaha tani jati unggul di wilayah Bogor melakukan rembuk di lereng Gunung Ciampea tepatnya di Desa Bojongrangkas, Kecamatan Ciampea. Tak kurang dari 250 orang petani penggarap dan pemilik lahan hadir. Dalam rembuk tersebut juga diberikan penghargaan bagi petani dan petugas lapangan UBH KPWN yang berprestasi. Hadir juga para perwira Kopassus, para pendamping lapangan dan jajaran direksi UBH KPWN dan pejabat pemerintahan setempat.

Bagi Kopassus, tekad tersebut bisa memastikan areal latihan tersebut terjaga. Di sisi lain, para prajurit terpilih itu juga bisa membantu masyarakat di sekitar areal latihan untuk bisa meningkatkan kesejahteraan.

Ya, bagi masyarakat, keterlibatan dalam usaha tani jati unggul memang tidak lepas dari terselipnya harapan peningkatan kesejahteraan mereka. Pasalnya, petani yang terlibat di samping akan mendapat upah dari setiap pekerjaan yang dilakukan, juga akan mendapat mendapat bagian jika kelak sudah dipanen. Pola bagi hasil yang dikembangkan KPWN akan membagi rata sesuai peran masing-masing dalam pengembangan tanaman JUN.

Noim, seorang petani yang terlibat dalam program tersebut mengakui kalau pemanfaatan lahan milik TNI itu bukan berarti dirinya dan anggota masyarakat lain berhak untuk memiliki. Namun hanya untuk sesaat saja ketika lahan itu tidak dipakai oleh empunya.

“Selama ini pak tentara mengijinkan lahan ini untuk pertanian semusim. Kebetulan kini kami dilibatkan untuk menanam JUN. Memang hasilnya belum, namun mimpinya untuk mendapatkan bagian yang lebih besar akan menjadi kenyataan,” ujar Noim kepada Agro Indonesia.

Berkat kekuatan tekad tersebut, sebanyak 96.415 batang pohon JUN telah ditanam di lahan milik Kopassus. Rinciannya, 21.223 pohon telah berumur dua tahun dengan melibatkan 95 orang petani; sebanyak 40.162 pohon telah berumur satu tahun dengan melibatkan 163 orang petani; dan 35.030 pohon berumur enam bulan dengan melibatkan 160 orang petani.

Bogor Sentra Jati

Secara umum, Bogor menjadi salah satu titik pengembangan JUN. Sampai April 2010 total sebanyak 115.682 pohon JUN telah ditanam di Bogor dan melibatkan total 484 petani.

Supervisor Bogor UBH KPWN, Ir. Rafiq Sutan Taarif merinci, tanaman JUN yang telah berumur 3 tahun sebanyak 7.120 pohon dengan jumlah petani sekitar 20 orang. Sementara tanaman JUN yang sudah berumur 2 tahun, sejumlah 25.330 pohon dengan melibatkan 112 orang petani sedang tanaman JUN yang berumur satu tahun sebanyak 40.162 pohon dengan jumlah petani 163 orang. Rafiq juga memaparkan, untuk tanaman yang berumur 2-6 bulan sebanyak 43.070 pohon dengan melibatkan jumlah petani penggarap 189 orang.

Direktur Utama UBH KPWN Hariyono Soeroso menyatakan, dibandingkan dengan wilayah lain, penanaman JUN di wilayah Bogor termasuk yang terbaik. Banyak tanaman yang masuk dalam klasifikasi baik dan amat baik.

Tanaman masuk klasifikasi baik dan amat baik jika keliling rata-ratanya minimal 15 cm pada umur satu tahun, 25 cm pada umur 2 tahun dan 35 cm pada umur 3 tahun. Karena prestasi tersebut, tak heran kalau tenaga lapangan dan petani JUN di Bogor adalah yang paling banyak mendapat penghargaan.

Hariyono juga memaparkan, sejak dikembangkan tahun 2007, UBH-KPWN telah menanam JUN sebanyak 638.000 pohon dengan melibatkan 2.000 kepala keluarga petani.

Tanaman JUN pola bagi hasil tersebar di Kabupaten Magetan, Madiun, Ponorogo, dan Ngawi (Jawa Timur), Kabupaten Bogor dan Purwakarta (Jawa Barat) serta Provinsi Banten serta DI Yogyakarta masing-masing satu kabupaten.

Menurut Hariyono seluruh biaya untuk penanam JUN pola bagi hasil menggunakan dana swasta yang terdiri dari masyarakat dan investor. Hingga kini terdapat 800 investor yang memercayakan investasinya dengan menanam JUN pola bagi hasil.

Begitulah, rembuk petani, pengurus UBH KPWN, prajurit Kopassus dan pejabat pemerintahan di lereng Gunung Ciampea diharapkan bisa menjadi awal bangkitnya produksi log jati di Jawa. Tidak mustahil, dalam kurun 10 tahun mendatang, Bogor yang kini mulai gersang akan menjadi hijau dengan tananam JUN bahkan jangan heran bila nanti wilayah ini menjadi sentra kayu Jati di Jawa. AI


Sumber :
http://agroindonesia.co.id/2010/05/10/gunung-ciampea-kini-jadi-gunung-jati/
10 Mei 2010

Outbound Murah di lembur Cinangneng Ciampea


Tour wisata budaya ke lembur cinangneng, Bogor

Mencari wisata alternatif untuk mengisi liburan Anda dan keluarga? Mengapa tidak datang saja ke lembur cinangneng , yang berada di kawasan Kampoeng wisata Cinangeng Kabupaten Bogor, tepatnya di Desa Cihideung udik kec ciampea Kab : Bogor Jawa Barat sebelum kampoeng wisata cinangneng Hester Basoeki Garden Guest House
Di tempat ini, kebiasaan dan adat isitiadat masyarakat desa sampai sekarang masih tetap terpelihara, seperti wayang golek, tarian adat Sunda (gendang pencak ), hidangan khas kampung, serta upacara dan ritual bertani dan berkebun dapat Anda jumpai secara lengkap dari zaman ke zaman.

Kehidupan harmoni yang eksotik inilah yang menjadi daya tarik di Kampung Wisata ini yang membuktikan bahwa Tradisi dan Modernisasi dapat berdampingan dan terpelihara dengan baik.
Selain menawarkan keindahan dan pesona alam, seperti pegunungan, sungai, kebun dan indahnya hamparan petak sawah yang menjalin indah, flora dan faunanya serta kombinasi antara kegiatan alami pedesaan dengan program-program wisata budaya yang menarik, menyehatkan, serta dapat diikuti oleh semua orang, tempat ini pun menyuguhkan berbagai aktifitas yang sangat mendidik bagi keluarga terutama putra-putri Anda. Ini dapat Anda rasakan dan nikmati dengan tawaran yang disuguhkan seperti bagaimana cara menanam, memelihara dan mendapatkan hasil dari berbagai tumbuh-tumbuhan.

Untuk menuju lokasi kampung wisata di desa Pancawati sangatlah mudah. Dari Jakarta bisa ditempuh dalam waktu 2 jam melalui tol Jagorawi. Keluar tol bogor ambil jurusan ke ciampea kampus IPB Dermaga.
Dari kampus IPB DERMAGA 2 km arah pintu masuk kami sebelum kampoeng wisata cinangneng dengan papan nama lembur cinangneng.

Tempat Menginap
Di sini Anda dan keluarga bisa menginap di guest house yang ada di lokasi. Guest House ini sudah dilengkapi dengan AC, kamar mandi, shower dengan air panas dan air dingin dan televisi.

TEMPAT OUTBOUND / CAMPING
tersedia tempat untuk Camping ground, Reatret, Family gathering, Study tour, Outbound perusahaan dengan fasilitas dan tenaga prefisional dengan harga yang sangat terjangkau.

PERMAINAN OUTBOUND
hydrotower,aliranbola,take the ball,water line,flaying karpet,bleandith leader,pipe trully,flaying ball dan masih banyak lagi permainan outbound.

Tempat Bersantap
Anda bisa bersantap di Saung bambu / restoran yang terdapat di lokasi ini.

Berkeliling
Anda dan keluarga melalui program tour Poelang Kampoeng akan diajak berkeliling desa dengan cara berjalan kaki.

Yang Dapat Anda Lihat Atau Lakukan Begitu banyak hal yang dapat Anda dan keluarga lihat atau lakukan di Kampung Wisata Pancawati ini, seperti:
* Belajar bermain angklung & menyanyi lagu sunda
* Belajar Menanam/ menggarap/ Memanen Padi
* Memandikan Kerbau
* Bermain ala Permainan anak desa
* Berkreasi dengan huruf dan warna diatas caping (topi petani)
* Membungkus nasi timbel, jajanan kampung
* Membuat wayang dari daun singkong,
* Belajar tari jaipong dan belajar main gamelan,
* Membuat kue bugis atau kue putu /kembang mayang
* Ronda Kampoeng, acara ini merupakan bagian dari paket yang ditawarkan oleh Kampoeng Wisata, yaitu Anda akan berkeliling desa pada malam hari sambil membawa kentongan dan sekaligus disuguhi dengan paket-paket menarik lainnya

Buah TanganAnda dapat membeli souvenir atau cinderamata khas di Gift Shop / hasil pertanian setempat (seperti salak, ubi, beras, dll)yang terdapat di dalam lokasi.

Tips
* Jika Anda mengikuti acara tour Poelang Kampoeng, ada baiknya Anda membawa baju ganti dan perlengkapan pribadi lainnya mengingat tour ini dapat dilaksanakan seharian tanpa harus menginap.

* Untuk mengikuti tour ini, rombongan peserta minimal 40 orang.
Termasuk : Bus Ac pariwisata Snack, Makan siang, Welcomedrinks, Snack 3x. Harga Rp. 150.000 nett/per orang

* Anda dapat melakukan reservasi ke nomor (62-0817153534) Sdr Sudi H Adiarto

Alamat : desa cihidueng udik kec ciampea kab bogor jawa barat

No. Telepon : 0251-4722673/0817153534/08179007976


Sumber :
http://bogorbarat.com/2009/08/24/outbound-murah-di-lembur-cinangneng-ciampea-bogor-barat/comment-page-1/
24 Agustus 2009

Gunung Bunder - Cibungbulang


Keindahan pemandangan di Gunung Bunder, Bogor, semoga menjadi keindahan yang abadi. Gunung Bunder, mempunyai arti penting bagi kehidupan manusia. Bukan hanya masyarakat yang tinggal disekitarnya tapi juga masyarakat Jakarta. Sebagai kawasan alam maka salah satu manfaatnya adalah sebagai penyerap air hujan agar tidak langsung mengalir ke tempat yang lebih rendah (Kabarindonesia.com)


Keadaan Umum
Wana Wisata Gunung Bunder seluas 8.75ha terletak pada wilayah kerja pengelolaan hutan RPH Gunung Bunder BKPH Leuwiliang, KPH bOgor yang secara administrasi pemerintahan termasuk Desa Gunung Bunder Kecamatan Cibungbulang KPH Bogor.

Wana wisata ini terletak pada ketinggian 830m dpl, konfigurasi lapangan umumnya datar sampai bergelombang. Kawasan ini mempunyai curah hujan 4000mm/tahun dengan suhu udara rata-rata 23C.

Potensi Kawasan
Wana wisata ini terdiri dari hutan tanaman (rasamala dan pinus) sumber air yang ada berupa sungai yang saat ini dimanfaatkan dengan cara mengalirkannya melalui parit untuk keperluan MCK dan air minum.

Potensi Visual menuju lokasi yang menarik adalah berupa pemandangan pegunungan dan persawahan yang menghijau sedangkan gejala alam /potensi visual lansekap didalam kawasan yang menarik adalah berupa pemandangan pegunungan dan pesawahan yang menghijau sedangkan gejala alam/potensi visual Lansekap didalam kawasan yang mempunyai daya tarik terhadap pengunjung adalah pegunungan, air terjun dan panorama malam kota Bogor.

Potensi Wisata
Wana wisata ini selain digunakan untuk wisata berkemah. Untuk kegiatan berkemah tersedia satu kompleks perkemahan dengan kapasitas tampung keseluruhan 30unit rumah (400 orang perkemah)
Bumi perkemahan Gunung Bunder diresmikan sekitar 1982, oleh Menteri Kehutanan. Luas lokasi sekitar 30ha dan biasanya dipenuhi pelajar dan mahasiswa ketika tiba musim libur sekolah dan liburan akhir tahun.

Fasilitas
Fasilitas yang ada berupa pondok kerja, tempat parkir, jalan setapak, papan-papan petunjuk dan MCK.

Aksesbilitas
Wana Wisata ini dapat dicapai dari Kecamatan Cibungbulang (15km), Ciampea (14km), kota Kabupaten Bogor (33km) dan (60km) dari kota Rangkas Bitung. Kondisi jalan umumnya beraspal dan baik, dapat dilalui kendaraan roda dua dan roda empat. Sarana transportasi umum yang ada berupa kendaraan umum dan dilanjutkan dengan kendaraan carteran/motor ojek dari kota Kecamatan Cibungbulang atau Ciampea colt angkutan kota.


Sumber :
http://www.okeaja.com/pariwisata/gbunder.html

Sumber Gambar:
Umbo Pudidan Karundeng
http://www.kabarindonesia.com/foto.php?jd=Lomba+Foto+YPHL+-+Kabut+Pagi+di+Gunung+Bunder%2C+Bogor&pil=20081015144403

Masih Diteliti Calon Ibukota Daerah Otonomi Baru Pemekaran Kab Bogo - Leuwisadeng atau Cigudeg

Diberlakukan undang-undang Nomor 22 Tahun 1999 yang diperbaharui dengan Undang-undang No. 32 tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah, telah memberikan harapan besar kepada daerah untuk mengurus rumah tangganya sendiri berdasarkan aspirasi masyarakat setempat.


Fenomena di atas, berimbas pada penguatan tuntutan masyarakat diberbagai daerah termasuk di provinsi Jawa Barat, di Kabupaten Bogor juga berkembang wacana pembentukan daerah otonomi baru yang terpisah dari Kabupaten Bogor. Seiring dengan tumbuhnya kehidupan demokrasi yang semakin membaik sejak diberlakukannya UU No.22 Tahun 1999, serta didukung dengan keputusan Gubernur Jawa Barat tersebut diatas, maka tuntutan masyarakat yang merealisasikan pemekaran Kabupaten Bogor kembali mempunyai pijakan yang kuat.

Setelah dilakukan kajian maka diperlukan pembentukan daerah otonom baru Pemekaran Daerah Kabupaten Bogor yang selanjutnya di setujui melalui Surat Keputusan DPRD Kabupaten Bogor Nomor 12 Tahun 2007 tentang persetujuan pembentukan Daerah Otonom Baru Pemekaran Daerah Kabupaten Bogor.

Sesuai dengan peraturan pemerintah (PP) No. 129/2000 mengamanatkan bahwa pembentukan dan pemekaran daerah otonom baru harus disertai dengan penentuan calon Ibukota yang dilakukan melalui kajian ilmiah. Oleh karena itu, surat keputusan DPRD Kabupaten Bogor diatas telah merekomendasikan empat kecamatan sebagai calon ibukota yaitu Kec.Cigudeg, Kec. Jasinga, Kec. Leuwisadeng dan Kec. Dramaga.

Berdasarkan hal tersebut diatas, maka diperlukan penelitian mengenai calon ibukota daerah otonom baru pemekaran Kabupaten Bogor untuk mengetahui prospek pengembangan wilayah sebagai awal untuk merancang konsep pengembangan wilayah dan penataan ruang dan menentukan ibukota daerah otonom baru pemekaran Kabupaten Bogor, Jawa Barat.

Adapun sasaran dari rencana ini adalah dengan menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi pengembangan sebuah wilayah, mengidentifikasi multiplier effect yang mungkin terjadi serta mengidentifikasi potensi, permasalahan, peluang dan tantangan masing-masing calon ibukota daerah otonom baru.

Maka berdasarkan pada hasil penelitian secara keseluruhan dengan mempertimbangkan analisis pendekatan makro dan mikro dengan menggabungkan table neraca keunggulan, dan kelemahan maka calon ibukota Kabupaten Bogor Barat yang terpilih yaitu Kac.Cigudeg yang terletak di Desa Cigudeg. Pemilihan didasarkan pada pemilihan skor yang dimiliki oleh Cigudeg merupakan yang tertinggi jika dibandingkan wilayah lain.

Pada dasarnya berdasarkan hasil perhitungan secara demand, supply, dan ukuran Kota Kacamatan Leuwisadeng merupakan wilayah yang tepat, akan tetapi dengan menggunakan beberapa analisis lainnya ternyata Kec.Cigudeg merupakan wilayah yang dapat dijadikan pilihan utama untuk menjadi wilayah calon pusat pemerintah Kabupaten Bogor Barat. (ed/fer)


Sumber :
Madina Online, dalam :
http://webcache.googleusercontent.com/search?q=cache:MFyqlWRjOWQJ:www.madina-sk.com/index.php%3Foption%3Dcom_content%26task%3Dview%26id%3D2593+leuwisadeng&cd=89&hl=id&ct=clnk&gl=id

Selamat Datang, Kabupaten Bogor Barat!

Warga Kabupaten Bogor menyambut gembira diterimanya usulan pembentukan Kabupaten Bogor Barat yang telah disetujui dalam rapat paripurna DPRD Jawa Barat yang ditargetkan mulai dilakukan pada 2010.

Kelak setelah usulam tersebut terealisasi, Kabupaten Bogor harus rela melepas 14 kecamatan yang potensi ekonomi daerahnya lumayan tinggi, termasuk kawasan Gunung Emas Pongkor.

Sejumlah kalangan berharap dengan pembentukan Kabupaten Bogor Barat akan terjadi peningkatan di bidang perekonomian dan kewenangan mengatur daerahnnya.

Rencananya Kabupaten Bogor Barat yang merupakan pemekaran Kabupaten Bogor meliputi 14 kecamatan, yakni :

1. Nanggung
2. Leuwiliang
3. Leuwisadeng
4. Pamijahan
5. Cibungbulang
6. Ciampea
7. Tenjolaya
8. Tenjo
9. Rumpin
10.Jasinga
11.Parungpanjang
12.Sukajaya
13.Cigudeg
14.Dramaga.

“Jika ini terjadi, kami akan senang membangun daerah sendiri. Selama ini Bogor Barat bukan menjadi prioritas utama Kabupaten Bogor dalam pembangunan,” ujar Arihta Surbekti, salah seorang tokoh pemuda Kecamatan Cibungbulang, saat ditemui Tempo, Rabu (13/8)

Menurut Arihta yang sejak 2000 aktif dalam forum masyarakat pendukung pembentukan Kabupaten Bogor Barat, keinginan dan perjuangan masyarakat Bogor Barat tercapai, sehingga layak disambut suka cita.

Dia menyebutkan potensi yang ada di wilayah ini sangat besar, antara lain Gunung Mas Pongkor yang dikelola PT Antam, pemanfaatan energi panas bumi yang dikelola PT Chevron Geothermal Salak, dan bahan galian C, batu galena -- bahan baku timah.

Ketua Pansus DPRD Kabupaten Bogor untuk pemekaran wilayah Bogor Barat, Dadeng Wahyudi juga menyambut gembira keputusan ini. “Selama ini kontribusi wilayah ini sangat besar kepada Pemkab Bogor,” jelasnya.

Setelah disetujuinya pembentukan kabupaten baru ini, diharapkan semua urusan pelayanan publik sampai administrasi pemerintahan bisa dilayani dengan baik dan cepat. Selama ini untuk mendapatkan pelayanan publik semacam itu terlebih dulu harus menempuh jarak sekitar 50 kilometer, dari daerah Bogor Barat ke ibukota Bogor di Cibinong.

Mengenai usulan ibukota kabupaten, dari pelbagai daerah yang diajukan -- seperti Kecamatan Leuwiliang, Kecamatan Darmaga, Kecamatan Cigudeg, dan Kecamatan Leuwisadeng -- namun setelah dikaji ternyata daerah yang paling tepat adalah wilayah Cigudeg. Alasannya secara geografis dinilai lebih aman dari berbagai bencana alam seperti gempa bumi, longsor dan banjir.

Sumber :
DEFFAN PURNAMA
http://www.tempointeraktif.com/hg/jakarta/2008/08/13/brk,20080813-130727,id.html, 13 Agustus 2008, dalam :
http://parung-online.webnode.com/news/selamat-datang-kabupaten-bogor-barat-/

Leuwiliang: Sehat Berkeringat Sambil Mengenal Tanaman Obat


Ingin tahu lebih dalam tentang tanaman obat? Di Desa Karyasari Anda bisa mendapatkan beberapa hal sekaligus. Sambil berwisata dan berolahraga, berbagai info khasiat tanaman obat pun tergelar gamblang.

Ketika Senior tiba di sebuah kebun tanaman obat daerah Leuwiliang, Bogor, nampak serombongan ibu-ibu tengah belanja tanaman dalam kemasan polibag. Rupanya ibu-ibu itu peserta wisata agrowisata. Wisata itu terselenggara atas niat kebun tanaman obat (KTO) Karyasari untuk membantu masyarakat kembali mengenal tanaman obat.

Karyasari adalah desa yang terletak di perbukitan di kaki gunung Sanggabuana, sekitar 30 km ke arah barat Bogor yang dapat ditempuh dalam tempo 2,5 jam dari Jakarta menggunakan kendaraan pribadi. Secara geologi sebenarnya tanah di daerah ini relatif kurang subur. “Akan tetapi mengingat curah hujan yang tinggi serta pemupukan organik yang cukup memungkinkan tanaman dapat berproduksi dengan baik” kata Ir Winarto, pemilik KTO Karyasari ini.

Rekreasi Edukatif

Mengelilingi KTO Karyasari cukup membuat keringat di badan ini bercucuran dan dijamin jantung terpacu cukup kencang lantaran kebun seluas 1 hektar itu dibuat naik turun. Sementara di kiri kanan jalan setapak terdapat kebun pembibitan dengan lingkungan taman. Dan masih ada lagi kebun koleksi dengan lingkungan hutan. Dari situ Anda dapat mengenali dan mempelajari tanaman obat pada lingkungan yang tumbuh secara alamiah.

Berawal dari pintu masuk, Anda akan melihat kolam ikan dengan tumbuhan teratai yang menghiasi permukaan kolam. Agak menanjak sedikit mengikuti jalan setapak Anda akan melihat sekumpulan tanaman kumis kucing, sambiloto serta tanaman obat lainnya seperti daun wungu. Lalu menapaki anak tangga Anda akan menjumpai rumah plastik. Di tempat itu dengan leluasa Anda bisa memilih tanaman obat untuk buah tangan. Terus seolah Anda mengelilingi sebuah lapangan sepakbola di lereng bukit Anda akan menjumpai berbagai kebun koleksi seperti kebun Jati Belanda. Lelah mengitari luasnya kebun Anda bisa beristirahat sejenak di saung atau gazebo yang memang sengaja dibuat oleh si pemilik .

Jadi tidaklah membosankan mengitari kebun itu lantaran 420 jenis tanaman obat dapat Anda kenali tentunya dengan bantuan pemandu yang siap mengantar. Dan masih lagi dibekali buku panduan yang akan membantu memahami tanaman obat yang tersedia di lokasi.

Bisa Seminar

Sekali dayung 2 sampai 3 pulau terlampaui, barangkali peribahasa ini cocok ditujukan pada KTO Karyasari dengan berbagai fasilitasnya. Bahwa tidak hanya sekedar naik turun jalan setapak saja yang bisa Anda lakukan di KTO Karyasari. Anda juga bisa mendapatkan seminar kebun yang memang sudah dipersiapkan topiknya oleh pihak pengelola.

Dengan topik kembali ke tanaman obat Anda akan diajak membahas definisi tanaman obat, sejarah tanaman obat, dasar pemikiran kembali ke tanaman obat, tanaman obat sebagai obat alternatif, dan cara penggunaan tanaman obat. Topik-topik itu dilanjutkan pula dengan diskusi serta praktek pengolahan tanaman obat. Dan tak kalah menariknya Anda berkesempatan menyaksikakn demonstrasi pembuatan jamu tradisional. Jamu tradisional yang dibuat adalah beras kencur, cabe puyang atau sari mengkudu.

Puas menikmati semua itu, Anda bisa membawa pulang tanaman obat sebagai buah tangan. "Tentunya harus membayar dengan biaya antara Rp 5000 hingga Rp 15000 per jenis tanaman tergantung dari jenis tanamannya" ungkap Winarto, yang lulusan IPB ini.

Dari sekitar 300 jenis bibit tanaman obat dalam kemasan polibag, sejauh ini sudah tersedia 64 jenis tanaman obat yang sudah dikeringkan dan siap rebus serta 20 jenis kapsul tanaman obat. Semua bisa dibeli di tempat itu lengkap dengan potongan harga sebesar 10 persen - 20 persen. “Hitung-hitung tidak ada ongkos kirimnya lantaran Anda langsung membawa pulang sendiri tanaman tersebut” lanjut bapak satu anak ini sambil merinci untung ruginya.

Setiap tanaman yang dibeli dari KTO Karyasari ini masih disertai cuplikan literatur tentang sifat, kegunaan dan cara penggunaan tanaman itu sebagai obat. “Kunjungan seminar serta kunjungan di hari kerja dimungkinkan dengan perjanjian terlebih dahulu. Sebab saat ini KTO Karyasari hanya membuka kunjungan pada hari Sabtu, Minggu dan hari libur dari pukul 08.00 hingga pukul 17.00” jelas pria kelahiran Purworejo ini mengingatkan.

Ditambahkan lagi bila rombongan hendak melakukan wisata sehari dikenakan biaya Rp. 75000 sudah termasuk: transportasi Jakarta-Karyasari PP, makan siang (nasi timbel, pepes ikan mas, goreng ayam kampung, sambal, lalaban tanaman obat dan sayur asem), seminar kebun, buku seminar, snack dua kali dan pemandu.

Gara-gara Nyeri Punggung

Adalah Widisih Pudji Winarto (43) penggagas berdirinya kebun tanaman obat Karyasari ini. Sementara kisah berdirinya terbilang unik lantaran dari pengalaman pribadinya. Suatu ketika di tahun 1987 saat masih tinggal di Pekanbaru. Winarto mengalami nyeri punggung yang tak kunjung henti. Lalu pria kelahiran Purworejo ini berobat ke berbagai dokter termasuk ke dokter saraf untuk perawatan. Namun usahanya itu tak kunjung membuahkan hasil.

Singkat cerita, ada seseorang menawari ramuan tanaman obat sebanyak 4 bungkus. Ramuan itu terdiri dari tempuyung, tapak liman, dan sambiloto. Nama-nama ramuan itu sendiri sebenarnya tidak asing baginya lantaran semasa kuliah pernah mendapat pelajaran mengenai jenis tanaman itu. "Saya minum satu bungkus sakitnya hilang seperempat. Lalu minum sebungkus lagi hilang seperempat hingga minum 2 bungkus lagi praktis hilang semuanya" ungkap Winarto. Atas kesembuhannya itu Winarto terbengong-bengong dan langsung menganggap bahwa tanaman obat itu adalah benar-benar obat. Setelah itu Winarto rajin menanam tumbuhan obat di pekarangan rumahnya.

Lalu setelah mengumpulkan uang dari hasil kerjanya sebagai konsultan pertanian Bank Indonesia, Winarto membeli sebidang tanah di desa Karyasari Leuwiliang ini sekitar Juli 1995. Mulanya sebagian tanahnya digunakan sebagai kandang ayam oleh kakaknya dan sebagian lagi digunakan untuk menanam tumbuhan obat. Dari kotoran ayam itu dijadikannya juga pupuk untuk tanamannya. Ternyata lambat laun tanaman obatnya tumbuh dengan subur.

Suatu saat ketika mengikuti expo agro di Departemen Pertanian, tak dinyana pamerannya mendapat sambutan yang luar biasa dari pengunjung. Bahkan banyak pengunjung yang meminta informasi mengenai tanaman obat yang ditanamannya. Atas respon yang luar biasa serta tak pernah sepi stannya ketika itu. Maka dari hanya sekedar hobi, Winarto menjadikan kebun tanaman obatnya sebagai usaha hidupnya hingga kini. Dan sejak Januari 2001 kerap mengadakan pelatihan-pelatihan perihal tanaman obat yang uniknya lagi pesertanya banyak dari kalangan dokter. (Senior/Hendra Priantono)

Alamat Agrowisata Tanaman Obat Karyasari:
Kebun : Jl. Raya Karacak-Cianten Km 10 Desa Karyasari
Leuwiliang-Bogor, Jabar Telp. 0251-641192

Pusat : Kavling Depkes, Jl. Kesehatan I No. 316 Pondok Cabe
Ciputat 15411 Telp. 021-74703821

Cabang : Jl. Minas IV Blok G 5 No. 12 A Perumahan Jatiwaringin Asri
Pondok Gede 17411 Telp. 021-8466766


Sumber :
http://nasional.kompas.com/read/2008/02/13/15451787/Leuwiliang:.Sehat.Berkeringat.Sambil.Mengenal..Tanaman.Obat
13 Februari 2008

Sumber Gambar:

http://www.kaskus.us/showthread.php?p=145701383

Harga Emas Dunia Melonjak, Gurandil Pongkor (Nanggung) Teriak

Riuh harga emas dunia yang terus membubung tinggi menembus rekor-rekor baru tampaknya hanya akan menjadi gumpalan-gumpalan keuntungan bagi perusahaan-perusahaan tambang besar dan para pialang.

Nasib berbeda justru dialami oleh para penambang emas khususnya berskala kecil di tingkat lokal, sebut saja kawasan penambangan emas Gunung Pongkor, wilayah Taman Nasional Gunung Halimun-Salak Bogor Jawa Barat.

Di sana banyak ditemui penambang emas skala kecil rumahan yang bisa dibilang sebagai penambang liar, atau dengan istilah populernya 'Gurandil', yang sampai saat ini mencoba mengadu keberentungannya mengais rezeki emas dari perut Gunung Pongkor.

Sebut saja Giman, warga desa Cisarua, Sidamulya, Kecamatan Nanggung Kabupaten Bogor. Pria berusia 35 tahun ini setidaknya sudah 10 tahun menjalani profesi menjadi gurandil di kawasan Pongkor.
View Larger Map

Bersama dengan rekan-rekannya yang berprofesi menjadi gurandil, Giman merasakan banyak kesusahan. Mulai dari selain pendapatan yang tidak pasti, ancaman bahaya mengintai setiap saat seperti terimbun longsor, dampak penyakit air raksa (mercury) dan tertangkap petugas PT Aneka Tambang (Antam) selaku pemegang wilayah kerja penambangan emas Pongkor.

Giman mengaku semenjak setahun terakhir pihak Antam mulai ketat dalam menjaga kawasan pertambangan Pongkor. Hanya gurandil tertentu saja yang masih nekad main kucing-kucingan dengan petugas, untuk mencari lubang-lubang 'tikus' yang dianggap banyak mengandung emas.

Sedangkan dirinya lebih memilih membuat alat pengolah emas yang biasa disebut 'Gelundung' di pekarangan rumahnya. Meski tidak mendapatkan hasil tak seberapa, namun setidaknya per hari ia bisa mendapat Rp 20.000-30.000 dari hasil menggelundung emas.

"Jujurnya saja 3 kali gelundung selama sehari paling-paling saya dapat hasil bersih Rp 20.000-30.000," katanya kepada detikFinance saat ditemui di rumahnya di desa Cisarua Kecamatan Nanggung, Bogor, Minggu (29/11/2009).

Giman menjelaskan alat gelundung dipakai untuk memisahkan serpihan emas dari tanah dengan cara memasukan bongkahan tanah yang ia peroleh dari sisa-sisa gurandil yang masih aktif mengambil emas di Pongkor.

Kemudian dari tanah-tanah yang diduga mengandung emas, ia mencampurnya dengan air dan mercury dimasukan dalam tabung gelundung yang akan diputar oleh dinamo bertenaga listrik selama 7 jam. Dari proses itu jika ada emas maka serpihan emas akan menyatu dengan mercury. Setidaknya selama satu hari ia hanya mampu melakukan 3 kali proses gelundung.

Dari proses sebanyak itu ia mengaku hanya mencapat serpihan emas rata-rata perharinya sebanyak kurang lebih 1 gram dengan kadar kualitas belum pasti. Yang menyedihkan bagi dia adalah ketika hasil dulangan emasnya saat dijual ketengkulak, karena biasanya tengkulak menentukan kadar dan standar harga emas seenak perutnya.

"Saya tahu kalau sekarang harga emas lagi naik, pihak pembeli (tengkulak) biasanya kalau harga standar naik atau turun akan memberi tahu," katanya.

Dikatakannya selama sepekan terakhir patokan standar harga jual emas di wilayahnya sudah naik dari Rp 300.000 naik menjadi Rp 340.000 per gram seiring naiknya harga emas.

Namun kata dia standar itu terkadang tidak berdampak signifikan bagi pendapatannya, karena selain mengikuti standar, hasil emas dulangannya akan diukur berdasarkan karat 1 hingga 70%. Artinya kualitas emas terbaikpun akan hanya dihargai sekitar Rp 230.000-an per gram berdasarkan harga standar Rp 340.000 per gram.

"Sudah ada rumus-rumusnya, yang saya pun tidak tahu bagaimana menghitungnya," katanya pasrah.

Celakanya, dari hasil produksi emas mentahnya yang hanya rata-rata 1 gram per hari, ternyata emas olahannya hanya mendapat kadar rata-rata 10-20%, sehingga harga standar emas yang saat ini sedang tinggi pun tidak berpengaruh besar bagi kantongnya.

Padahal kata dia menjalankan gelundung setidaknya memerlukan modal cukup besar selain modal awal berupa alat gelundung dan dinamo hingga Rp 2 juta, ia juga harus banyak mengeluarkan biaya produksi seperti membeli mercury 1/4 kg Rp 125.000 yang hanya bisa dipakai proses menggelundung satu minggu, biaya tagihan listrik per bulannya Rp 200.000 dan lain-lain.

"Kalau ada yang menawarkan kerjaan lain, saya sih sebenarnya pilih kerjaan lain, karena usaha emas ini hasilnya tidak pasti, tangan rusak kena air raksa," katanya.

Pri yang memiliki 3 orang anak ini mengatakan setidaknya empat desa di kawasan Nanggung Bogor yaitu Cisarua, Malasari, Curug Bitung dan Bantar Karet 80% masyarakatnya berprofesi sebagai pengolah emas termasuk diantaranya hampir setiap rumah memiliki gelundung seperti dirinya.

"Ya empat desa itu yang terkenal banyak gurandil-nya," katanya.

Kawasan penambangan emas Gunung Pongkor selama satu dasawarsa terakhir cukup terkenal, ribuan orang dari penjuru Nusantara banyak yang mengadu nasib untuk menjadi gurandil menggali-gali lobang keberuntungan yang tak jarang harus menjadi lubang maut.

Semenjak 1998 euforia menggali emas di Pongkor sudah menjadi fenomena, banyak orang kaya mendadak di Pongkor karena berhasil mendapatkan emas tapi banyak juga yang meregang nyawa karena tertimbun tanah.

"Kalau dihitung sejak 1998 lalu sampai sekarang yang meninggal itu sampai ratusan," katanya.

Selama beberapa pekan terakhir harga emas dunia terus melonjak naik signifikan misalnya pada tanggal 16 November 2009 harga emas sempat menembus hingga US$ 1.132 per troy ounce, kemudian naik kembali US$ 1.143,95 per troy ounce pada tanggal 18 November dan pada akhir pekan lalu tembus US$ 1.192 per troy ounce tanggal 26 November 2009 seiring melemahnya nilai tukar mata uang dollar AS di penjuru dunia.

(hen/qom)

Sumber :
Suhendra - detikFinance
http://www.detikfinance.com/read/2009/11/30/102834/1250857/4/harga-emas-dunia-melonjak-gurandil-pongkor-teriak
30 November 2009

Merusak Lingkungan demi Untung Besar - Di TNGHS dan Sungai Cikaniki Di Kecamatan Nanggung

TAMAN Nasional Gunung Halimun Salak (TNGHS) kini tak serimbun dulu. Lahan seluas 2,5 hektare itu kini rusak. Di beberapa tempat, terdapat titik longsor yang membahayakan ekosistem.

Begitu pula Sungai Cikaniki yang mengalir di area itu. Warna airnya tak lagi jernih. Airnya berubah menjadi cokelat, bahkan kehitaman, karena tercampur merkuri dan sianida.

Baik TNGHS maupun Sungai Cikaniki berada di Kecamatan Nanggung, Kabupaten Bogor. Di sana, berdiri sebuah perusahaan penambangan emas, PT Aneka Tambang (Antam) Tbk, Unit Bisnis Penambangan Emas (UBPE) Pongkor.

Selama ini, pihak PT Antam membantah sebagai penyebab kerusakan lahan. Setelah diusut lebih jauh, nama gurandil muncul ke permukaan. Curnndil dianggap sebagai biang keladi kerusakan dan pencemaran lingkungan.

Tidak banyak yang tahu

makna gurandil. Namun, warga sekitar menyebut istilah gurandil adalah sebutan bagi para penambang emas tanpa ian (penambang liar) di area penambangan emas PT Antam, di Desa Bantar Karet, Nanggung, Bogor.

"Kerusakan lahan di taman nasiona] akibat

aktivitas gurandil yang mencari emas di areal kami. Mereka menebang pohon sembarangan, membuat lubang, dan kini mereka memakai sianida, sehingga mencemari sungai," ujar Senior Vice President PT Antam Tbk UBPE Pongkor Wawan Herawan.

Gurandil itu menebang pohon dan menggali lubang setiap hari. Sayangnya, seusai menebang dan menggali lubang, mereka tidak pernah menanam pohon kembali dan menutup galian secara sempurna.

Yang merepotkan, gurandil itu kian bertambah. Jika sebelumnya hanya warga sekitar yang menganggur, kini diikuti warga lain yang beralih profesi, dan berasal dari luar Bogor (Lebak, Banten, dan Sukabumi).

Alasannya, selain bekerja dengan alat sederhana (lampu senter, satu karung, dua alat pahat), profesi gurandil pun menjanjikan.

"Saya pengangguran. Saya tahu risikonya besar, bisa ditangkap bahkan mati. Tapi, bagaimanapun demi kebutuhan hidup. Untungnya pun besar. Dengan membeli lubang Rpl - Rp3 juta per jam kepada pemilik lubang, kami bisa meraup keuntungan RplO juta - Rpl5 juta per bulan," kata Asep, salah seorang gurandil asal Lebak.

(DedeSusianti/S-8)

Sumber:
Media Indonesia, dalam :
http://bataviase.co.id/detailberita-10438958.html
24 Desember 2009