Rabu, 21 Juli 2010

Gunung Ciampea Kini Jadi Gunung Jati

Gunung Ciampea yang menjulang tinggi tampak terkupas memperlihatkan onggokan batu keras yang semakin menguatkan kesan gersang. Tapi tak lama lagi, seluruh lereng gunung bakal berubah menjadi gunung yang hijau dan pastinya bakal rindang.




Gunung Ciampea, Bogor, adalah kawah ‘candra dimuka’ alias tempat latihan prajurit Batalyon 23, Kopassus. Gersang memang menjadi ciri khas kawasan seluas 139 hektare itu sebelumnya.

Kerindangan mulai datang setelah sejak tahun 2007 di lokasi itu dikembangkan penanaman Jati Unggul Nusantara (JUN), jati hasil sentuhan teknologi Koperasi Perumahan Wanabhakti Nusantara yang merupakan koperasi binaan Kementerian Kehutanan. Bersama dengan Kopassus, Usaha Bagi Hasil KPWN mengembangkan usaha tani jati unggul dengan melibatkan masyarakat setempat.

Tekad untuk menghijaukan kawasan tersebut Selasa (4/5) pekan lalu, dipertebal saat semua pihak yang terlibat dalam pengembangan usaha tani jati unggul di wilayah Bogor melakukan rembuk di lereng Gunung Ciampea tepatnya di Desa Bojongrangkas, Kecamatan Ciampea. Tak kurang dari 250 orang petani penggarap dan pemilik lahan hadir. Dalam rembuk tersebut juga diberikan penghargaan bagi petani dan petugas lapangan UBH KPWN yang berprestasi. Hadir juga para perwira Kopassus, para pendamping lapangan dan jajaran direksi UBH KPWN dan pejabat pemerintahan setempat.

Bagi Kopassus, tekad tersebut bisa memastikan areal latihan tersebut terjaga. Di sisi lain, para prajurit terpilih itu juga bisa membantu masyarakat di sekitar areal latihan untuk bisa meningkatkan kesejahteraan.

Ya, bagi masyarakat, keterlibatan dalam usaha tani jati unggul memang tidak lepas dari terselipnya harapan peningkatan kesejahteraan mereka. Pasalnya, petani yang terlibat di samping akan mendapat upah dari setiap pekerjaan yang dilakukan, juga akan mendapat mendapat bagian jika kelak sudah dipanen. Pola bagi hasil yang dikembangkan KPWN akan membagi rata sesuai peran masing-masing dalam pengembangan tanaman JUN.

Noim, seorang petani yang terlibat dalam program tersebut mengakui kalau pemanfaatan lahan milik TNI itu bukan berarti dirinya dan anggota masyarakat lain berhak untuk memiliki. Namun hanya untuk sesaat saja ketika lahan itu tidak dipakai oleh empunya.

“Selama ini pak tentara mengijinkan lahan ini untuk pertanian semusim. Kebetulan kini kami dilibatkan untuk menanam JUN. Memang hasilnya belum, namun mimpinya untuk mendapatkan bagian yang lebih besar akan menjadi kenyataan,” ujar Noim kepada Agro Indonesia.

Berkat kekuatan tekad tersebut, sebanyak 96.415 batang pohon JUN telah ditanam di lahan milik Kopassus. Rinciannya, 21.223 pohon telah berumur dua tahun dengan melibatkan 95 orang petani; sebanyak 40.162 pohon telah berumur satu tahun dengan melibatkan 163 orang petani; dan 35.030 pohon berumur enam bulan dengan melibatkan 160 orang petani.

Bogor Sentra Jati

Secara umum, Bogor menjadi salah satu titik pengembangan JUN. Sampai April 2010 total sebanyak 115.682 pohon JUN telah ditanam di Bogor dan melibatkan total 484 petani.

Supervisor Bogor UBH KPWN, Ir. Rafiq Sutan Taarif merinci, tanaman JUN yang telah berumur 3 tahun sebanyak 7.120 pohon dengan jumlah petani sekitar 20 orang. Sementara tanaman JUN yang sudah berumur 2 tahun, sejumlah 25.330 pohon dengan melibatkan 112 orang petani sedang tanaman JUN yang berumur satu tahun sebanyak 40.162 pohon dengan jumlah petani 163 orang. Rafiq juga memaparkan, untuk tanaman yang berumur 2-6 bulan sebanyak 43.070 pohon dengan melibatkan jumlah petani penggarap 189 orang.

Direktur Utama UBH KPWN Hariyono Soeroso menyatakan, dibandingkan dengan wilayah lain, penanaman JUN di wilayah Bogor termasuk yang terbaik. Banyak tanaman yang masuk dalam klasifikasi baik dan amat baik.

Tanaman masuk klasifikasi baik dan amat baik jika keliling rata-ratanya minimal 15 cm pada umur satu tahun, 25 cm pada umur 2 tahun dan 35 cm pada umur 3 tahun. Karena prestasi tersebut, tak heran kalau tenaga lapangan dan petani JUN di Bogor adalah yang paling banyak mendapat penghargaan.

Hariyono juga memaparkan, sejak dikembangkan tahun 2007, UBH-KPWN telah menanam JUN sebanyak 638.000 pohon dengan melibatkan 2.000 kepala keluarga petani.

Tanaman JUN pola bagi hasil tersebar di Kabupaten Magetan, Madiun, Ponorogo, dan Ngawi (Jawa Timur), Kabupaten Bogor dan Purwakarta (Jawa Barat) serta Provinsi Banten serta DI Yogyakarta masing-masing satu kabupaten.

Menurut Hariyono seluruh biaya untuk penanam JUN pola bagi hasil menggunakan dana swasta yang terdiri dari masyarakat dan investor. Hingga kini terdapat 800 investor yang memercayakan investasinya dengan menanam JUN pola bagi hasil.

Begitulah, rembuk petani, pengurus UBH KPWN, prajurit Kopassus dan pejabat pemerintahan di lereng Gunung Ciampea diharapkan bisa menjadi awal bangkitnya produksi log jati di Jawa. Tidak mustahil, dalam kurun 10 tahun mendatang, Bogor yang kini mulai gersang akan menjadi hijau dengan tananam JUN bahkan jangan heran bila nanti wilayah ini menjadi sentra kayu Jati di Jawa. AI


Sumber :
http://agroindonesia.co.id/2010/05/10/gunung-ciampea-kini-jadi-gunung-jati/
10 Mei 2010

Tidak ada komentar:

Posting Komentar